+6231 8479070 alumni@unusa.ac.id

SURABAYA – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membentuk Ikatan Alumni (IKA) untuk pertama kalinya dalam kongres yang digelar beberapa waktu lalu di Kampus B Unusa Jemursari Surabaya. Terpilih untuk menjadi ketua adalah Dr. Henry Sudiyanto, SKp, M.Kes.

Sebagai Ketua IKA Unusa, Henry mengaku bangga. Ada banyak program yang diusulkan Henry kepada Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, selalu pengelola Unusa. “Unusa menancapkan diri sebagai kampus yang mencetak lulusan yang Rahmatan Lil Alamin. Kalau begitu, nantinya lulusan tidak hanya bisa mengabdi di tanah Indonesia namun di seluruh muka bumi ini, salah satunya ke luar negeri,” jelas Henry.

Karena itu, dikatakan Lulusan D3 Keperawatan 1989 yang saat itu masih bernama Akademi Keperawatan itu mengatakan, seharusnya Unusa sudah mulai memikirkan untuk membentuk sebuah kelas khusus yang mencetak lulusan yang siap untuk diberangkatkan ke luar negeri. Ini harus dibentuk dari awal mereka masuk. Dipilih yang memiliki nilai ujian sekolah tertinggi. Setelah itu harus ada pernyataan dari orang tua, bahwa kelak ketika anaknya lulus akan siap untuk dikirim ke luar negeri.

“Jadi di kelas itu, sudah dipersiapkan dengan matang tenaga ahli yang siap kirim. Disesuaikan dengan standar dari negara yang dituju. Misalnya ke Timur Tengah, mahasiswa harus dipersiapkan bahasa Arab yang fasih selain keterampilan dasar keperawatan. Sehingga ketika lulus, 99,99 persen mahasiswa itu siap untuk bekerja di luar negeri,” ujarnya.

Namun, disamping itu, Yarsis selalu holding dari Unusa dan RSI Surabaya seharusnya juga membentuk Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Sehingga lulusannya bisa disalurkan sendiri ke luar negeri melalui PJTKI yang dimiliki. “Bisa memantau proses dan sistem kerja lulusan di sana. Sehingga tidak ada kekhawatiran dari para orang tua untuk mengirimkan anaknya ke luar negeri,” tukasnya.

Selain itu, Henry juga meminta Yarsis juga mulai memikirkan untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa putra daerah dari seluruh pelosok terpencil Indonesia. Sehingga ketika lulus, mahasiswa tersebut bisa kembali ke daerah asalnya. “Karena kalau mengharapkan mahasiswa dari sini untuk bekerja di Kalimantan atau Papua, rasanya kok tidak mungkin,” tandasnya.

Sumber: http://duta.co

Penulis: Endang